A.
Pengantar
Delirium
berasal dari bahasa Latin de--, berarti “dari” dan lira yang
berarti “garis”atau “alur”. Hal ini berarti pergeseran dari garis atau norma,
dalam persepsi, kognisi, dan perilaku. Delirium mencakup keadaan kebingungan
mental yang ekstrim di mana orang mengalami kesulitan berkonsentrasi dan
berbicara secara jelas dan masuk akal. Penderita delirium mungkin
mengalami kesulitan untuk mengabaikan stimulus yang tidak sesuai atau
mengalihkan perhatian mereka pada tugas yang baru.
Suatu keadaan temporer dimana
pikiran,tingkat kesadaran,bicara dan pola motoriknya sangat membingungkan,tidak
stabil,atau sangat mengganggu.Selain yang dapat dilihat,mungkin juga ada
disfungsi sistem syaraf autonomik.Penderita delirium mungkin mengalami
delusi,ilusi atau halusinasi ,juga gangguan emosi seperti kecemasan.Euforia
atau mudah tersinggung.
Delirium disebabkan oleh perubahan
metabolisme otak.Kerusakan otak karena luka,obat-obatan,panas tinggi,atau
problem medis yang lain.Gangguan ini bisa terjadi pada segala umur,namun
biasanya pada orang tua,karena jatuh,operasi dan lain-lain.
Penderita dapat menunjukkan
bermacam-macam gangguan emosi seperti cemas,takut,depresi,euforia dan
apati.Emosi berubah-ubah,dapat berbeda setiap waktu,berkurang pada pagi hari
dan memburuk pada malam hari,atau dalam keadaan gelap tidak tidur.
B.
Gejala
Delirium
Orang
yang terkena delirium mungkin mengalami kesulitan untuk mengabaikan stimulus
yang tidak sesuai atau mengalihkan perhatian mereka pada tugas yang baru.
Mereka mungkin berbicara penuh semangat, tetapi pembicaraan mereka hanya
mengandung, jika ada, sedikit arti. Disorientasi dalam hal waktu (tidak tahu
tanggal saat itu, hari di minggu itu atau jam) dan tempat (tidak tahu di mana
ia berada) biasa terjadi. Disorientasi terhadap orang (identitas diri sendiri
dan orang lain) tidak biasa terjadi. Orang-orang dalam kondisi delirium mungkin
mengalami halusinasi yang menakutkan, terutama halusinasi visual.
Gangguan-gangguan dalam persepsi sering terjadi, seperti salah menginterpretasikan stimulus sensoris (contohnya, salah mengartikan bunyi alarm jam dengan bunyi alarm kebakaran) atau ilusi (misalnya, merasa bahwa di tempat tidur seperti ada listrik yang mengalirinya). Mungkin saja terjadi perlambatan gerakan yang dramatis menuju keadaan yang menyerupai katatonia. Mungkin juga terdapat fluktuasi yang cepat antara kegelisahan dan teller. Kegelisahan ini ditandai oleh insomnia, agitasi, gerakan-gerakan yang tidak bertujuan, bahkan melompat tiba-tiba dari tempat tidur atau menyerang objek yang tidak ada. Hal ini mungkin bergantian dengan periode di mana penderita harus berjuang untuk tetap terjaga.
Gangguan-gangguan dalam persepsi sering terjadi, seperti salah menginterpretasikan stimulus sensoris (contohnya, salah mengartikan bunyi alarm jam dengan bunyi alarm kebakaran) atau ilusi (misalnya, merasa bahwa di tempat tidur seperti ada listrik yang mengalirinya). Mungkin saja terjadi perlambatan gerakan yang dramatis menuju keadaan yang menyerupai katatonia. Mungkin juga terdapat fluktuasi yang cepat antara kegelisahan dan teller. Kegelisahan ini ditandai oleh insomnia, agitasi, gerakan-gerakan yang tidak bertujuan, bahkan melompat tiba-tiba dari tempat tidur atau menyerang objek yang tidak ada. Hal ini mungkin bergantian dengan periode di mana penderita harus berjuang untuk tetap terjaga.
Delirium
dapat merupakan akibat dari berbagai macam kondisi medis . Hal-hal tersebut
mencakup trauma kepala, gangguan metabolism, seperti hipoglikemia (kadar gula
darah rendah); ketidakseimbangan cairan atau elektrolit; gangguan serangan
kejang (epilepsi); kekurangan vitamin B thiamine; luka pada otak; dan
berbagai macam penyakit yang mempengaruhi system syaraf pusat, termasuk penyakit
Parkinson, Alzheimer, ensefalitis virus (suatu jenis infeksi otak), penyakit
liver, dan ginjal.
Delirium juga mungkin terjadi akibat pemaparan terhadap zat-zat beracun (seperti memakan jamur tertentu yang beracun), efek samping dari penggunaan obat tertentu atau dalam keadaan intoksikasi obat atau alkohol. Delirium mungkin juga akibat penghentian tiba-tiba penggunaan zat-zat psikoaktif, terutama alkohol, biasanya setelah periode penggunaan yang kronis dan berat. Putus zat secara tiba-tiba dari obat-obatan psikoaktif, terutama alkohol, merupakan penyebab yang paling umum dari delirium (Freemon, 1981). Orang-orang yang mengalami alkoholisme kronis dan secara tiba-tiba berhenti minum dapat mengalami bentuk delirium yang disebut delirium tremens atau DTs. Selama periode akut dari DTs, orang tersebut mungkin diteror oleh halusinasi yang aneh dan menakutkan, seperti “kutu yang menuruni dinding” atau kulit. DTs dapat berlangsung selama satu minggu atau lebih dan paling baik jika dilakukan perawatan dalam lingkup rumah sakit, di mana pasien dapat dimonitor secara seksama dan symptom-simptom ditangani dengan penenang ringan serta dukungan lingkungan. Meskipun terdapat banyak penyebab delirium yang dikenal, pada banyak kasus penyebab spesifiknya tidak dapat diketahui.
Apa pun penyebabnya, delirium mencakup gangguan menyeluruh pada proses metabolism otak dan ketidakseimbangan pada tingkat neurotransmiter. Sebagai hasilnya, kemampuan untuk memproses informasi terganggu dan terjadi kebingungan. Kemampuan untuk berpikir dan berbicara dengan jelas untuk menginterpretasikan stimulus sensoris secara akurat, dan untuk memperhatikan lingkungan menjadi berkurang. Delirium mungkin terjadi tiba-tiba, sebagaimana pada kasus akibat kejang atau luka pada otak atau berangsur-angsur selama beberapa jam atau hari, seperti pada kasus-kasus yang melibatkan infeksi, demam atau gangguan metabolism. Selama terjadinya delirium, keadaan mental seseorang akan sering berfluktuasi antara periode kejelasan (“interval yang jelas”), yang umumnya terjadi di pagi hari dan periode kebingungan, serta disorientasi. Delirium biasanya memburuk pada saat gelap dan malam-malam yang menghantui di mana orang tersebut tidak dapat tidur.
Delirium juga mungkin terjadi akibat pemaparan terhadap zat-zat beracun (seperti memakan jamur tertentu yang beracun), efek samping dari penggunaan obat tertentu atau dalam keadaan intoksikasi obat atau alkohol. Delirium mungkin juga akibat penghentian tiba-tiba penggunaan zat-zat psikoaktif, terutama alkohol, biasanya setelah periode penggunaan yang kronis dan berat. Putus zat secara tiba-tiba dari obat-obatan psikoaktif, terutama alkohol, merupakan penyebab yang paling umum dari delirium (Freemon, 1981). Orang-orang yang mengalami alkoholisme kronis dan secara tiba-tiba berhenti minum dapat mengalami bentuk delirium yang disebut delirium tremens atau DTs. Selama periode akut dari DTs, orang tersebut mungkin diteror oleh halusinasi yang aneh dan menakutkan, seperti “kutu yang menuruni dinding” atau kulit. DTs dapat berlangsung selama satu minggu atau lebih dan paling baik jika dilakukan perawatan dalam lingkup rumah sakit, di mana pasien dapat dimonitor secara seksama dan symptom-simptom ditangani dengan penenang ringan serta dukungan lingkungan. Meskipun terdapat banyak penyebab delirium yang dikenal, pada banyak kasus penyebab spesifiknya tidak dapat diketahui.
Apa pun penyebabnya, delirium mencakup gangguan menyeluruh pada proses metabolism otak dan ketidakseimbangan pada tingkat neurotransmiter. Sebagai hasilnya, kemampuan untuk memproses informasi terganggu dan terjadi kebingungan. Kemampuan untuk berpikir dan berbicara dengan jelas untuk menginterpretasikan stimulus sensoris secara akurat, dan untuk memperhatikan lingkungan menjadi berkurang. Delirium mungkin terjadi tiba-tiba, sebagaimana pada kasus akibat kejang atau luka pada otak atau berangsur-angsur selama beberapa jam atau hari, seperti pada kasus-kasus yang melibatkan infeksi, demam atau gangguan metabolism. Selama terjadinya delirium, keadaan mental seseorang akan sering berfluktuasi antara periode kejelasan (“interval yang jelas”), yang umumnya terjadi di pagi hari dan periode kebingungan, serta disorientasi. Delirium biasanya memburuk pada saat gelap dan malam-malam yang menghantui di mana orang tersebut tidak dapat tidur.
Gambaran klinis
Kesadaran (Arousal)
Dua pola umum kelainan
kesadaran telah ditemukan pada pasien dengan delirium, satu pola ditandai oleh
hiperaktivitas yang berhubungan dengan peningkatan kesiagaan. Pola lain
ditandai oleh penurunan kesiagaan. Pasien dengan delirium yang berhubungan
dengan putus zat seringkali mempunyai delirium hiperaktif, yang juga dapat
disertai dengan tanda otonomik, seperti kemerahan kulit, pucat, berkeringat,
takikardia, pupil berdilatasi, mual, muntah, dan hipertermia. Pasien dengan
gejala hipoaktif kadang-kadang diklasifikasikan sebagai depresi, katatonik atau
mengalami demensia.
Orientasi
Orientasi terhadap
waktu, tempat dan orang harus diuji pada seorang pasien dengan delirium.
Orientasi terhadap waktu seringkali hilang bahkan pada kasus delirium yang
ringan. Orientasi terhadap tempat dan kemampuan untuk mengenali orang lain
(sebagai contohnya, dokter, anggota keluarga) mungkin juga terganggu pada kasus
yang berat Pasien delirium jarang kehilangan orientasi terhadap dirinya
sendiri.
Bahasa dan Kognisi
Pasien dengan delirium
seringkali mempunyai kelainan dalam bahasa. Kelainan dapat berupa bicara yang
melantur, tidak relevan, atau membingungkan (inkoheren) dan gangguan kemampuan
untuk mengerti pembicaraan Fungsi kognitif lainnya yang mungkin terganggu pada
pasien delirium adalah fungsi ingatan dan kognitif umum Kemampuan untuk
menyusun, mempertahankan dan mengingat kenangan mungkin terganggu, walaupun
ingatan kenangan yang jauh mungkin dipertahankan. Disarnping penurunan
perhatian, pasien mungkin mempunyai penurunan kognitif yang dramatis sebagai suatu
gejala hipoaktif delirium yang karakteristik. Pasien delirium juga mempunyai
gangguan kemampuan memecahkan masalah dan mungkin mempunyai waham yang tidak
sistematik, kadang kadang paranoid.
Persepsi
Pasien dengan delirium
seringkali mempunyai ketidak mampuan umum untuk membedakan stimuli sensorik dan
untuk mengintegrasikan persepsi sekarang dengan pengalaman masa lalu mereka.
Halusinasi relatif sering pada pasien delirium. Halusinasi paling sering adalah
visual atau auditoris walaupun halusinasi dapat taktil atau olfaktoris. Ilusi
visual dan auditoris adalah sering pada delirium.
Suasana Perasaan
Pasien dengan delirium
mempunyai kelainan dalam pengaturan suasana Gejala yang paling sering adalah
kemarahan, kegusaran, dan rasa takut yang tidak beralasan. Kelainan suasana
perasaan lain adalah apati, depresi, dan euforia.
Gejala Penyerta :
Gangguan tidur-bangun
Tidur pada pasien
delirium secara karakteristik adalah tergangga Paling sedikit mengantuk selama
siang hari dan dapat ditemukan tidur sekejap di tempat tidurnya atau di ruang
keluarga. Seringkali keseluruhan siklus tidur-bangun pasien dengan delirium
semata mata terbalik. Pasien seringkali mengalami eksaserbasi gejala delirium
tepat sebelum tidur, situasi klinis yang dikenal luas sebagai sundowning.1
Gejala neurologis
Gejala neurologis yang
menyertai, termasuk disfagia, tremor, asteriksis, inkoordinasi, dan
inkontinensia urin.
C.
Penyebab
Delirium
Penyebab
Delirium antara lain adalah :
·
Mengkonsumsi alkohol
·
Obat-obatan dan bahan beracun
·
Efek toksik dari pengobatan Kadar
elektrolit
·
Garam dan mineral (misalnya kalsium,
natrium atau magnesium) yang tidak normal akibat pengobatan
·
Dehidrasi atau penyakit tertentu
·
Infeksi akut disertai demam
·
Hidrosefalus bertekanan normal, yaitu
suatu keadaan dimana cairan yang membantali otak tidak diserap sebagaimana
mestinya dan menekan otak
·
Hematoma subdural, yaitu pengumpulan
darah di bawah tengkorak yang dapat menekan otak.
·
Meningitis, ensefalitis, sifilis (penyakit
infeksi yang menyerang otak)
·
Kekurangan tiamin dan vitamin B12
·
Tumor otak (beberapa diantaranya kadang
menyebabkan linglung dan gangguan ingatan)
·
Patah tulang panggul dan tulang-tulang
panjang
·
Fungsi jantung atau paru-paru yang buruk dan
menyebabkan rendahnya kadar oksigen atau tingginya kadar karbon dioksida di
dalam darah
·
Stroke.
D.
Pedoman
Diagnostik Menurut PPDGJ
·
Gangguan kesadaran dan perhatian :
-
Dari taraf kesadaran berkabut sampai
dengan koma;
-
Menurunnya kemampuan untuk mengarahkan,memusatkan,mempertahankan,dan
mengalihkan perhatian.
·
Gangguan kognitif secara umum :
-
Distorsi persepsi,ilusi dan
halusinasi-seringkali visual;
-
Hendaya daya pikir dan pengertian
abstrak,dengan atau tanpa waham yang bersifat sementara;tetapi sangat khas
terdapat inkoherensi yang ringan;
-
Hendaya daya ingat segera dan jangka pendek,namun daya ingat jangka panjang
relatif utuh;
-
Disorientasi waktu,pada kasus yang
berat,terdapat juga disorientasi tempat dan orang.
·
Gangguan psikomotor :
-
Hipo- atau hiper-aktivitas dan
pengalihan aktivitas yang tidak terduga dari satu ke yang lain;
-
Waktu bereaksi yang lebih panjang;
-
Arus pembicaraan bertambah atau
berkurang;
-
Reaksi terperanjat meningkat.
·
Gangguan siklus tidur bangun :
-
Insomnia atau pada kasus yang berat tidak
dapat tidur sama sekali atau sebaliknya siklus tidur bangun;mengantuk pada
siang hari;
-
Gejala yang memburuk pada malam hari;
-
Mimpi yang mengganggu atau mimpi
buruk,yang dapat berlanjut menjadi halusinasi setelah bangun tidur.
·
Gangguan emosional
-
Misalnya depresi,anxietas atau
takut,lekas marah,euforia,apatis,atau rasa kehilangan akal.
·
Onset biasanya cepat,perjalanan
penyakitnya hilang timbul sepanjang hari,dan keadaan itu berlangsung kurang
dari 6 bulan.
E.
Terapi
Untuk Delirium
Terapi
diawali dengan memperbaiki kondisi penyakitnya dan menghilangkan faktor yang
memberatkan seperti:
• Menghentikan
penggunaan obat
• Obati
infeksi
• Suport
pada pasien dan keluanga
• Mengurangi dan menghentikan agitasi untuk pengamanan pasien
• Cukupi
cairan dan nutrisi
• Vitamin
yang dibutuhkan
• Segala
alat pengekang boleh digunakan tapi harus segera dilepas bila sudah membaik,
alat infuse sesederhana mungkin, lingkungan diatur agar nyaman.
• Obat:
Haloperidoi dosis rendah dulu 0,5 1 mg per os, IV atau IV
• Risperidone0,5
3mg perostiap 12jam
• Olanzapine
2,5 15 mg per os 1 x sehari
Lorazepam
0,5 1mg per Os atau parenteral (tak tersedia di Indonesia), Perlu diingat obat
benzodiazepine mi bisa memperburuk delirium karena efek sedasinya
F.
Contoh
Kasus
Ny.Van Dijk(86 tahun) baru-baru saja diterima di rumah perawatan
psikogeriatrik(kesehatan jiwa pada lansia).Ia dirawat karena tidak dapat
dipertanggungjawabkan bila di rumah.Gejala yang muncul adalah merasa
ketakutan,adanya gangguan memori dan disorientasi.Dia sudah menjanda beberapa
tahun tanpa memiliki anak.Ia mendapat kunjungan teratur dari keponakan
laki-lakinya.Pada umumnya sikap Ny.Van Dijk mengalami banyak perubahan.Kadang
ia ramah selama beberapa hari lalu kemudian ia berubah menjadi tidak tenang dan
memberontak.Saat malam tidurnya tidak tenang,ingin bangun dan ingin turun dari
tempat tidur.Saat pagi ia bangun,ia merasa kacau dan mengatakan tadi malam ia
merasa dikejar-kejar laki-laki dan ia merasa ketakutan.Air matanya berlinang
dan tidak ia ingin cepat-cepat pulang.Ia tak dapat semenit pun duduk tenang di
kursi,berjalan hilir mudik kesana kemari dan berusaha merangkak untuk lari.
G. Diagnosis Multiaksial
·
Aksis I : Gangguan mental organik(mental
simtomatik)
·
Aksis II : Gangguan emosional tak stabil
·
Aksis III : -
·
Aksis IV : Masalah keluarga
·
Aksis V : 60-51