Sabtu, 13 Oktober 2012

Psikologi Sosial “Pengembangan Teori Orientasi Lapangan dan Teori-Teori Kontemporer”


 “Pengembangan Teori Orientasi Lapangan dan Teori-Teori Kontemporer”

v  Teori Orientasi Lapangan
A.     Latar Belakang Psikodinamika
Teori Lapangan (Field Theory) atau dinamakan juga teori psikodinamika,sering dikira orang hanya dikemukakan oleh Kurt Lewin.Hal ini tidak benar karena selain Kurt Lewin ada tokoh-tokoh lain yang juga mengemukakan Teori Lapangan seperti Tolman(1932),Wheeler(1940),Lashley(1929) dan Brunswik(1949).Kelebihan Kurt Lewin atas tokoh-tokoh lainnya adalah bahwa Lewinlah yang paling jauh mengembangkan teori Lapangan ini sehingga ia dikenal sebagai tokoh yang paling terkemuka.
Salah satu ciri yang terpenting dari teori Lapangan adalah bahwa teori ini menggunakan metode “konstruktif”.Ini merupakan metode yang digunakan Lewin sebagai pengganti metode “klasifikasi” yang pada waktu itu lazim digunakan.Menurut Lewin,metode klasifikasi mempunyai kelemahan karena hanya mengelompokkan objek studi berdasarkan persamaan-persamaannya.Pengelompokan seperti ini bersifat statis.Padahal Lewin menghendaki metode yang dinamis karena objek studinya adalah tingkah laku yang dinamis pula.Sifat dinamis ini ada pada metode konstruktif yang mengklasifikasikan objek-objek studinya berdasarkan hubungan antara satu objek dengan objek lainnya.

1)   Konsep-konsep Dasar Teori Lapangan
a)    Lapangan Kehidupan
Lapangan kehidupan dari seorang individu terdiri dari orang itu sendiri dan lingkungan kejiwaan (psikologis) yang ada padanya.Demikian pula lapangan kehidupan suatu kelompok adalah kelompok itu sendiri ditambah dengan lingkungan tempat kelompok itu berada pada suatu saat tertentu.
Lapangan kehidupan terbagi-bagi dalam wilayah-wilayah (region) atau disebut juga lingkungan kehidupan (life-sphere).Lingkungan kehidupan ini ada yang bersifat nyata (reality) seperti ibu,teman,pekerjaan,dan sebagainya dan ada pula yang bersifat maya (irreality),seperti harapan,cita-cita,dan sebagainya.Jadi lapangan kehidupan mempunyai dimensi nyata-maya(dimensi R-I).Dimensi kedua dari lapangan kehidupan adalah kecairan(fluidity) dari lingkungan-lingkungan kehidupan tersebut di atas.Kecairan berarti dapat terjadi gerak,perpindahan dari satu wilayah ke wilayah yang lain yang tergantung pada keras atau lunaknya dinding-dinding pembatas dari masing-masing wilayah dalam lapangan kehidupan itu.
Dimensi lain dari Lapangan Kehidupan adalah “waktu psikologik”.Walaupun cara pendekatan yang digunakan Lewin adalah ahistoris,perkembangan lapangan kehidupan itu sendiri menyebabkan adanya masa lalu,masa kini,dan masa depan psikologik.Dalam kombinasinya dengan dimensi nyata-maya (R-I),dimensi waktu ini memberikan sifat yang dinamis pada lapangan kehidupan.
Hal-hal yang dapat menyebabkan perubahan lapangan kehidupan yaitu :
1.    Meningkatkan diferensiasi dalam suatu wilayah;
2.    Dua atau beberapa wilayah menggabung menjadi satu;
3.    Diferensiasi berkurang;
4.    Suatu wilayah pecah.membebaskan diri dan membentuk wilayah sendiri;
5.    Restrukrusasi,yaitu ada perubahan pola pada wilayah-wilayah dalam lapangan kehidupan,tetapi tidak terjadi diferensiasi.

b)   Tingkah Laku dan Lokomosi
Tingkah laku menurut Lewin adalah lokomosi (locomotion) yang beraryi perubahan atau gerakan pada lapangan kehidupan.Lokomosi dapat terjadi karena ada “komunikasi” antara dua wilayah dalam lapangan kehidupan seseorang.Komunikasi antara dua wilayah tersebut menimbulkan ketegangan (tension) pada satu wilayah dan ketegangan menimbulkan kebutuhan (need) dan kebutuhan inilah yang menyebabkan tingkah laku.Namun,sebelum kebutuhan bisa menimbulkan lokomosi,masih ada satu faktor lagi yaitu batas-batas (barrier) wilayah yang bersangkutan.Kalau batas itu kaku dan kenyal,maka batas itu akan sukar ditembus oleh daya(forces) yang ada dalam lapangan kehidupan seseorang sehingga sulit terjadi lokomosi.Sebailknya,kalau batas wilayah-wilayah itu lunak,maka akan terjadi pertukaran daya antar wilayah sehingga wilayah-wilayah yang berkomunikasi itu berada dalam tingkat ketegangan yang seimbang kembali.

c)    Daya(Forces)
Kurt Lewin membagi-bagi daya dalam beberapa jenis berikut ini :
1)   Daya yang mendorong.
2)   Daya yang menghambat.
3)   Daya yang berasal dari kebutuhan sendiri.
4)   Daya yang berasal dari orang lain.
5)   Daya yang impersonal (daya yang tidak berasal dari kehendak sendiri maupun dari orang lain melainkan dari situasi).

d)   Ketegangan (tension)
        Meredakan ketegangan tidak berarti bahwa ketegangan itu harus hilang sama sekali (dalam keadaan nol),melainkan ketegangan itu disebarkan secara merata dari satu wilayah ke wilayah-wilayah lain dalam lapangan kehidupan.Dengan perkataan ini,peredaan ketegangan berarti tercapainya equilibrium (keseimbangan) di antara wilayah-wilayah.Dengan demikian,ketegangan suatu wilayah tertentu bisa mereda,tetapi secara umum ketegangan di seluruh lapangan kehidupan belum tentu mereda.

2)   Penerapan Teori Lewin
a.    Konflik
       Konflik adalah suatu keadaan di mana ada daya-daya yang saling bertentangan arah,tetapi dalam kadar kekuatan yang kira-kira sama.Ada tiga macam konflik,yaitu :
1.    Konflik mendekat-mendekat (approach-approach conflict),yaitu orang (P) berada di antara dua valensi positif yang sama kuat.
2.    Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflict),yaitu P berada di antara dua valensi negatif yang sama kuat.
3.    Konflik mendekat-menjauh (approach-avoidance conflict),yaitu P menghadapi valensi positif dan negatif pada jurusan yang sama.

b.    Tingkah Laku Agresif
Dalam eksperimennya,Kurt Lewin dan kawan-kawan menemukan bahwa dalam kelompok anak laki-laki yang diberi tugas-tugas tertentu di bawah pimpinan seorang pemimpin yang demokratis ,maka tampak bahwa tingkah laku agresif yang timbul berada dalam taraf yang sedang (medium).Akan tetapi,kalau pemimpin kelompok itu adalah seorang otoriter,maka perilaku agresif mereka menjadi tinggi atau justru sangat rendah.

3.    Kelebihan dan Kekurangan Teori Lapangan
Sumbangan terbesar dari Teori Lapangan adalah adanya bukti bahwa penelitian psikologi sosial dapat juga dilakukan dengan metode eksperimental dan dapat dilakukan dalam laboratorium.Akan tetapi,teori ini juga mengandung beberapa kekurangan yaitu :
·      Kurt Lewin tidak menyajikan teorinya secara sistematis
·      Banyak konsep dan konstruk yang tidak didefinisikan secara jelas sehingga memberi arti yang kabur
·      Teori ini terlalu bersibuk diri dengan aspek-aspek yang mendalam dari kepribadian sehingga agak mengabaikan tingkah laku motoris yang “covert” (nampak dari luar)
·      Penggunaan konsep-konsep topologi telah menyimpang dari arti sebenarnya(penyalahgunaan topologi).

B.     Teori-Teori Lapangan Dalam Psikologi Sosial
1.    Teori tentang Hubungan Interpersonal :
a)      Mengamati Orang lain
Pengamatan terhadap orang lain sebenarnya tidak jauh berbeda dengan dari pengamatan terhadap objek-objek lainnya(meja,pohon,dll).Hanya saja orang yang diamati itu memiliki kemampuan emosi,kehendak,keinginan,dan sentimen yang tidak terdapat pada benda mati.Lagi pula,seseorang(P) yang mengamati orang lain (O) tahu bahwa O tersebut juga mengamati P kembali.
b)      Orang Lain sebagai Pengamat
Dalam pengamatn terhadap lingkungannya,termasuk terhadap orang lain(O),seorang (P) menyadari bahwa O juga mengamati P.Pengetahuan ini berpengaruh terhadap P dalam tiga hal,yaitu tindakan,harapan,dan sifat-sifatnya.
c)         Analisis yang Naif terhadap Tindakan Orang
       Dalam hubungan interpersonal,seseorang mengamati dan menginterpretasi perilaku atau tindakan orang lain.Dalam menginterpretasi tindakan orang lain itu dilakukan analisis secara sederhana(naif) dan dalam analisis itu dicari sifat-sifat bawaan (dispotitional properties) dari orang yang sedang diamati tersebut.Sifat-sifat bawaan adalah faktor-faktor yang mendasari perilaku seseorang yang tidak berubah-ubah(permanen).Sifat-sifat bawaan inilah yang membuat perilaku orang dapat diperkirakan,stabil,dan dapat dikendalikan.
d)        Kausalitas Personal dari Impersonal
       Heider membedakan gejala dalam hubungan interpersonal dalam dua jenis,yang disebutnya sebagai kausalitas personal dan kausalitas impersonal.Dalam kausalitas personal,P dengan sengaja menghasilkan X.Tujuan P (Yaitu X) adalah tetap (equifinality) dan untuk mencapai tujuan itu P akan mengubah-ubah tindakannya kalau ia menghadapi situasi yang berbeda-beda.
e)        Hasrat dan Kesenangan
       Hasrat(desire) adalah sesuatu yang harus ada terlebih dahulu sebelum timbul percobaan(trying).Dengan perkataan lain,hasrat merupakan prakondisi dari percobaan,sedangkan kesenangan (pleasure) adalah pengalaman yang timbul akibat (setelah) percobaan.
f)          Sentimen
       Sentimen adalah perasaan yang timbul dalam diri seseorang (P) kepada orang lain (O) atau benda-benda lain (X).Sentimen ada dua macam :positif dan negatif,yang oleh Heider dinamai suka (like) dan tidak suka (dislike).Pengaruh dua macam ini sentimen ini terhadap hubungan interpersonal adalah bahwa ia dapat menimbulkan atau menghambat pembentukan unit (unit information) dan keadaan berimbang(balances state).
g)        Keharusan dan Nilai
       Keharusan adalah hal-hal yang dituntut oleh lingkungan (bukan oleh orang lain) untuk dilakukan P.Jadi keharusan bersifat impersonal.Nilai juga bersifat impersonal.Nilai menurut Heider hanyalah menyangkut segi positif dari suatu hal.Jadi,kalau suatu hal dianggap bernilai oleh P,maka P menganggap hal tersebut positif.Perbedaan antara keduanya adalah bahwa keharusan merupakan hasil dari daya-daya yang secara nyata selalu bekerja,sedangkan nilai lebih merupakan daya yang masih potensial dan baru muncul dalam bentuk perilaku dalam keadaan tertentu.
h)    Permintaan dan Perintah
Permintaan didasarkan pada sentimen positif dimana P bergantung pada O dan mengharapkan hasil X.Sebaliknya,perintah didasarkan pada kekuasaan P terhadap O.O harus melaksanakan apa yang diperintahkan P karena P dapat melakukan sesuatu yang mempengaruhi O.
i)      Keuntungan dan Kerugian
Jika O melakukan apa yang diminta atau diperintahkan P,maka O memberi keuntungan (benefit) kepada P karena ia memberikan X yang bernilai positif karena P.Sebaliknya,kalau O tidak melakukan apa yang diminta atau diperintahkan P,maka O akan merugikan P karena X bernilai positif tidak diperoleh P.
j)     Reaksi terhadap Pengalaman Orang Lain
Persepsi terhadap pengalaman orang lain (O) menimbulkan reaksi yang oleh psikologi common sense disebut “emosi”.
2.    Teori Lapangan tentang Kekuasaan
   Kekuasaan sosial (social power) menurut Cartwright adalah masalah yang sangat penting dalam menganalisis perilaku sosial.Karena itu sudah banyak definisi yang dikemukakan tentang kekuasaan sosial ini.Reformulasi Cartwright tentang definisi kekuasaan berbunyi sebagai berikut : “Kekuasaan A atas B dalam rangka mengubah X menjadi Y pada waktu tertentu sama dengan kekuatan maksimum dari daya-daya yang dapat dihasilkan oleh A ke jurusan tersebut (X ke Y),pada waktu tersebut”.
3.    Teori tentang Kekuasaan Sosial
       Teori yang dikembangkan oleh French ini terutama membahas proses pengaruh mempengaruhi dalam kelompok,khususnya dalam kaitannya dengan pendapat dan perubahan pendapat kelompok.Proses ini menurut French melibatkan tiga pola relasi dalam kelompok,yaitu hubungan kekuasaan antar anggota kelompok,pola komunikasi dalam kelompok,dan hubungan antar pendapat dalam kelompok.
4.    Teori tentang Kerjasama dan Persaingan
Dalam situasi kerjasama,wilayah yang menjadi tujuan dari seorang anggota kelompok atau subkelompok hanya dapat dimasuki oleh individu atau oleh subkelompok yang bersangkutan jika individu-individu lain atau subkelompok lain juga bisa memasuki wilayah tujuan itu.Sedangkan dalam situasi persaingan,kalau seorang individu atau suatu subkelompok sudah memasuki wilayah tujuan,maka individu-individu atau subkelompok yang lain tidak akan bisa mencapai wilayah tujuan mereka masing-masing.










v  Teori – Teori Kontemporer Psikologi Sosial
A.     Teori Motivasi
Teori ini berfokus pada kebutuhan atau motif individu. Pengalaman sehari – hari maupun riset psikologi sosial telah memberikan banyak contoh cara bagaimana kebutuhan kita bisa mempengaruhi persepsi kita, sikap kita, dan perilaku kita.
Pandangan Freudian, atau psikoanalitik, tentang motivasi manusia menunjukkan arti penting dari dorongan “bawaan” (inborn) kita, khususnya dorongan yang berhubungan seksualitas dan agresi. Sebaliknya, psikolog sosial lebih mempertimbangkan sederetan kebutuhan dan keinginan manusia. Psikolog sosial juga menekankan cara diamana situasi dan hubungan sosial tertentu dapat menciptakan dan menimbulkan kebutuhan dan motif. Intinya adalah situasi dapat menciptakan atau menimbulkan kebutuhan yang, pada gilirannya, menyebabkan orang melakukan suatu perilaku untuk memenuhi kebutuhan itu
B.     Teori Belajar
Ide utama dalam teori belajar adalah bahwa perilaku seseorang sekarang adalah hasil dari pengalaman sebelumnya. Dalam situasi tertentu, seseorang belajar perilaku tertenu, yang seiring dengan berjalannya waktu mungkin akan menjadi kebiasaan. Ketika dia berhadapan dengan situasi serupa, orang itu akan cenderung berperilaku sesuai dengan kebiasaan yang pernah dilakukannya.pendekatan ini ketika diaplikasikan ke perilaku sosial oleh Albert Bandura (1977), dinamakan social learning theory (teori belajar sosial)
Ada tiga mekanisme umum terjadinya proses belajar. Yang pertama adalah asosiasi, atau pengkondisian klasik.Mekanisme yang kedua adalah reinforcement (penguatan), yang dipelajari oleh B. F. Skinner dan yang lainnya, orang belajar melakukan perilaku tertentu Karen perilaku itu diikuti dengan sesuatu yang menyenangkan atau yang memuaskan kebutuhan (atau mereka belajar untuk menghindari perilaku yang menyebabkan konsekuensi yang tidak menyenangkan).
Mekanisme yang ketiga adalah observasional learning (belajar Observasi). Orang sering belajar sikap dan perilaku sosial dengan mengamati orang lain, yang secara teknis disebut “model”. Imitasi (peniruan), atau modeling, terjadi ketika seseorang tak hanya mengamati tetapi juga meniru perilaku dari model.
C.     Teori Kognitif
Pendekatan kognitif menyatakan bahwa perilaku seseorang akan tergantung pada cara dia memahami situasi sosial. Kurt Lewin mengaplikasikan gagasan Gestalt ke psikologi sosial. Dia menekan pentingnya bagaimana individu memahami lingkungan sosial.
Menurut Lewin, perilaku dipengaruhi oleh karakteristik personal individu(seperti kemampuan, kepribadian, dan disposisi genetic) dan oleh pemahamannya tentang lingkungan sosial.
Gagasan inti dalam perspektif kognitif adalah bahwa orang cenderung secara spontan mengelompokkan dan mengategorikan objek. Kita cenderung mengelompokkan objek menjadi satu unit sederhana, misalnya kemiripan bentuk. Kedua, orang mudah memandang sesuatu sebagai menonjol “tokoh” dan memandang beberapa hal lain sebagai sesuatu yang kurang menonjol “latar belakang”.
Dua prinsip tersebut – yakni kita mengelompokkan atau mengategorikan sesuatu secara spontan dan kita lebih focus pada stimuli yang lebih menonjol – adalah penting bagi persepsi kita terhadap objek fisik didunia sosial. Sebagai pemikir sosial, kita berusaha memberi interpretasi yang bermakna terhadap cara orang lain merasakan sesuatu, terhadap apa – apa yang mereka inginkan, seperti apa sosok mereka, dan seterusnya. Riset kognisi sosial difokuskan pada bagaimana kita menyatukan berbagai informasi tentang orang, situasi sosial, dan kelompok dalam rangka ,emarik kesimpulan tentang mereka(Fiske & Taylor, 1991). Periset kognisi sosial meneliti aliran informasi dari lingkungan ke orang.
Pendekatan kognitif berbeda dengan pendekatan belajar dalam dua hal. Pertama, pendekatan kognitif lebih berfokus pada persepsi saat ini ketimbang pada pengalaman masa lalu. Kedua, pendekatan kognitif lebih memperhatiak arti penting persepsi atau interpretasi seseorang terhadap suatu situasi, bukan pada “realitas” objektif dari situasi sebagaimana disaksikan oleh pengamat netral.
D.     Teori Pengambilan Keputusan
Decision Makking theories (teori pengambilan keputusan) mengasumsikan bahwa individu mengevaluasi untung raugi atau biaya dan manfaat dari berbagai macam tindakan dan akan memilih alternative terbaik berdasarkan pertimbangan yang logis dan rasional. Orang memiih alternative yang memberinya imbalan atau manfaat terbesar dengan biaya terkecil. Pengambilan keputusan dengan menggunakan pro (manfaat) dan kontra (kerugian) dari beberapa macam tindakan dan kemudian memilih yang terbaik. Kekuatan relative dari untung dan rugi ini akan menentukan pilihan yang diambil.
Expectancy – value theory (teori perkiraan – nilai) memperluas gagasan teori untung rugi dengan menambahkan elemen penilaian kemungkinan bahwa kemungkinan masing – masing pilihan akan terwujud (Edwards, 1954). Teori ini menyatakan bahwa kaputusan akan didasarkan pada kombinasi dari dua faktor: (1) nilai dari setiap hasil atau alternative yang mungkin, dan (2) kemungkinan, atau “perkiraan” bahwa masing – masing hasil akan lahir dari keputusan yang diambil. Ringkasannya, model pengambilan keputusan tidak selalu dipakai dalam pengambilan keputusan dan pemecahan problem sehari – hari. Ada batas sejauh mana orang menggunakan prinsip rasional dalam kehidupan sehari – hari mereka.
E.      Teori Interdependensi
Teori kesaling ketergantungan (interdependensi) lebih focus pada analisis perilaku dari dua individu atau lebih yang berinteraksi satu sama lain. Ketika orang – orang berinteraksi, mereka akan saling mempengaruhi. Ketika dua orang saling mempengaruhi pemikiran, perasaan, atau perilaku masing – masing, mereka dikatakan saling berhubungan (interdependen). Dalam term teknis interdependence berarti hasil yang diterima oleh seseorang akan bergantung setidaknya pada perilaku orang lain dan sebaliknya.
Contoh utama dari pendekatan interdependensi adalah social exchange theory (teori pertukaran sosial). Prinsip pertukaran sosial didasarkan pada gagasan teori belajar dan teori pengambilan keputusan. Teori pertukaran sosial menganalisis interaksi antar – orang dari segi keuntungan dan kerugian yang dipertukarkan individu. Terkadang orang melakukan pertukaran yang jelas.Teori pertukaran sosial menganalisis interaksi interpersonal berdasarkan keuntungan dan kerugian bagi masing – masing pihak saat mereka berinteraksi.

F.      Teori Sosiokultural
Selama beberapa tahun belakangan ini, para psikolog telah mengkaji bagaimana latar belakang orang yang berbeda – beda akan mempengaruhi pemikiran , perasaan, dan perilaku mereka (Fiske, Kitayama, Markus, & Nisbett, 1998).
Edward Hall (1959) mendeskripsikan aturan kultural penggunaan waktu ini sebagai “bahasa diam” yang kita pelajari melalui pengalaman dalam suatu kultur. Kekurangan pemahaman mengenai perbedaan kultur waktu dapat menimbulkan persoalan saat seseorang berpergian ke Negara lain.
Untuk memahami perbedaan seperti itu, para psikolog mulai mengakui pentingnya culture (kultur), socialization (sosialisasi). Social norms (norma sosial).Istilah social role (peran sosial) berarti seperangkat norma yang berlaku untuk orang – orang dengan posisi tertentu, seperti guru atau siswa.Perspektif sosiokultural berguna untuk memahami perilaku didalam konteks kultural atau sosial tertentu.
Perspektif sosiokultural juga menekankan pada perbandingan kultur – kultur atau kelompok sosial yang berbeda – beda. Kecuali kita memperhatikan pengaruh kultural, kita mungkin akan melewatkan arti penting pengaruh itu. Kita cenderung berasumsi bahwa perilaku kultur kita adalah perilaku “standar” atau khas.
Salah satu tujuan riset lintas – kultural atas perilaku sosial adalah untuk mengidentifikasi bagaiman kultur bisa berbeda satu sama lain. Perbedaan yang berguna untuk mengontraskan kultur adalah kultur yang menekankan pada individualism dan colectivisme (Triandis, 1995).
Terkadang apa yang kelihatannya merupakan konsep yang sama ternyata memiliki makna yang berbeda didalam kultur kolektivis dan individualis (Triandis, Bontenpo, Villareal, Asai, & Lucca, 1998).





v  Sumber Referensi :
Sarwono , Sarlito . 2002 .Teori-Teori Psikologi Sosial . Jakarta : Rajawali Pers












Tidak ada komentar: