“Pengembangan Teori Orientasi Lapangan dan
Teori-Teori Kontemporer”
v Teori Orientasi Lapangan
A.
Latar
Belakang Psikodinamika
Teori
Lapangan (Field Theory) atau dinamakan juga teori psikodinamika,sering dikira
orang hanya dikemukakan oleh Kurt Lewin.Hal ini tidak benar karena selain Kurt
Lewin ada tokoh-tokoh lain yang juga mengemukakan Teori Lapangan seperti
Tolman(1932),Wheeler(1940),Lashley(1929) dan Brunswik(1949).Kelebihan Kurt
Lewin atas tokoh-tokoh lainnya adalah bahwa Lewinlah yang paling jauh
mengembangkan teori Lapangan ini sehingga ia dikenal sebagai tokoh yang paling
terkemuka.
Salah
satu ciri yang terpenting dari teori Lapangan adalah bahwa teori ini
menggunakan metode “konstruktif”.Ini merupakan metode yang digunakan Lewin
sebagai pengganti metode “klasifikasi” yang pada waktu itu lazim
digunakan.Menurut Lewin,metode klasifikasi mempunyai kelemahan karena hanya
mengelompokkan objek studi berdasarkan persamaan-persamaannya.Pengelompokan
seperti ini bersifat statis.Padahal Lewin menghendaki metode yang dinamis
karena objek studinya adalah tingkah laku yang dinamis pula.Sifat dinamis ini
ada pada metode konstruktif yang mengklasifikasikan objek-objek studinya
berdasarkan hubungan antara satu objek dengan objek lainnya.
1) Konsep-konsep
Dasar Teori Lapangan
a) Lapangan
Kehidupan
Lapangan
kehidupan dari seorang individu terdiri dari orang itu sendiri dan lingkungan
kejiwaan (psikologis) yang ada padanya.Demikian pula lapangan kehidupan suatu
kelompok adalah kelompok itu sendiri ditambah dengan lingkungan tempat kelompok
itu berada pada suatu saat tertentu.
Lapangan
kehidupan terbagi-bagi dalam wilayah-wilayah (region) atau disebut juga
lingkungan kehidupan (life-sphere).Lingkungan kehidupan ini ada yang bersifat
nyata (reality) seperti ibu,teman,pekerjaan,dan sebagainya dan ada pula yang
bersifat maya (irreality),seperti harapan,cita-cita,dan sebagainya.Jadi
lapangan kehidupan mempunyai dimensi nyata-maya(dimensi R-I).Dimensi kedua dari
lapangan kehidupan adalah kecairan(fluidity) dari lingkungan-lingkungan
kehidupan tersebut di atas.Kecairan berarti dapat terjadi gerak,perpindahan
dari satu wilayah ke wilayah yang lain yang tergantung pada keras atau lunaknya
dinding-dinding pembatas dari masing-masing wilayah dalam lapangan kehidupan
itu.
Dimensi
lain dari Lapangan Kehidupan adalah “waktu psikologik”.Walaupun cara pendekatan
yang digunakan Lewin adalah ahistoris,perkembangan lapangan kehidupan itu
sendiri menyebabkan adanya masa lalu,masa kini,dan masa depan psikologik.Dalam
kombinasinya dengan dimensi nyata-maya (R-I),dimensi waktu ini memberikan sifat
yang dinamis pada lapangan kehidupan.
Hal-hal
yang dapat menyebabkan perubahan lapangan kehidupan yaitu :
1.
Meningkatkan diferensiasi dalam suatu
wilayah;
2.
Dua atau beberapa wilayah menggabung
menjadi satu;
3.
Diferensiasi berkurang;
4.
Suatu wilayah pecah.membebaskan diri dan
membentuk wilayah sendiri;
5.
Restrukrusasi,yaitu ada perubahan pola
pada wilayah-wilayah dalam lapangan kehidupan,tetapi tidak terjadi
diferensiasi.
b)
Tingkah Laku dan Lokomosi
Tingkah
laku menurut Lewin adalah lokomosi (locomotion) yang beraryi perubahan atau
gerakan pada lapangan kehidupan.Lokomosi dapat terjadi karena ada “komunikasi”
antara dua wilayah dalam lapangan kehidupan seseorang.Komunikasi antara dua
wilayah tersebut menimbulkan ketegangan (tension) pada satu wilayah dan
ketegangan menimbulkan kebutuhan (need) dan kebutuhan inilah yang menyebabkan
tingkah laku.Namun,sebelum kebutuhan bisa menimbulkan lokomosi,masih ada satu
faktor lagi yaitu batas-batas (barrier) wilayah yang bersangkutan.Kalau batas
itu kaku dan kenyal,maka batas itu akan sukar ditembus oleh daya(forces) yang
ada dalam lapangan kehidupan seseorang sehingga sulit terjadi
lokomosi.Sebailknya,kalau batas wilayah-wilayah itu lunak,maka akan terjadi
pertukaran daya antar wilayah sehingga wilayah-wilayah yang berkomunikasi itu
berada dalam tingkat ketegangan yang seimbang kembali.
c)
Daya(Forces)
Kurt
Lewin membagi-bagi daya dalam beberapa jenis berikut ini :
1)
Daya yang mendorong.
2)
Daya yang menghambat.
3)
Daya yang berasal dari kebutuhan
sendiri.
4)
Daya yang berasal dari orang lain.
5)
Daya yang impersonal (daya yang tidak
berasal dari kehendak sendiri maupun dari orang lain melainkan dari situasi).
d)
Ketegangan (tension)
Meredakan ketegangan tidak berarti
bahwa ketegangan itu harus hilang sama sekali (dalam keadaan nol),melainkan
ketegangan itu disebarkan secara merata dari satu wilayah ke wilayah-wilayah
lain dalam lapangan kehidupan.Dengan perkataan ini,peredaan ketegangan berarti
tercapainya equilibrium (keseimbangan) di antara wilayah-wilayah.Dengan
demikian,ketegangan suatu wilayah tertentu bisa mereda,tetapi secara umum
ketegangan di seluruh lapangan kehidupan belum tentu mereda.
2)
Penerapan Teori Lewin
a.
Konflik
Konflik adalah suatu keadaan di mana ada
daya-daya yang saling bertentangan arah,tetapi dalam kadar kekuatan yang
kira-kira sama.Ada tiga macam konflik,yaitu :
1.
Konflik mendekat-mendekat
(approach-approach conflict),yaitu orang (P) berada di antara dua valensi
positif yang sama kuat.
2.
Konflik menjauh-menjauh
(avoidance-avoidance conflict),yaitu P berada di antara dua valensi negatif
yang sama kuat.
3.
Konflik mendekat-menjauh
(approach-avoidance conflict),yaitu P menghadapi valensi positif dan negatif
pada jurusan yang sama.
b.
Tingkah Laku Agresif
Dalam
eksperimennya,Kurt Lewin dan kawan-kawan menemukan bahwa dalam kelompok anak
laki-laki yang diberi tugas-tugas tertentu di bawah pimpinan seorang pemimpin
yang demokratis ,maka tampak bahwa tingkah laku agresif yang timbul berada
dalam taraf yang sedang (medium).Akan tetapi,kalau pemimpin kelompok itu adalah
seorang otoriter,maka perilaku agresif mereka menjadi tinggi atau justru sangat
rendah.
3.
Kelebihan dan Kekurangan Teori Lapangan
Sumbangan
terbesar dari Teori Lapangan adalah adanya bukti bahwa penelitian psikologi
sosial dapat juga dilakukan dengan metode eksperimental dan dapat dilakukan
dalam laboratorium.Akan tetapi,teori ini juga mengandung beberapa kekurangan
yaitu :
·
Kurt Lewin tidak menyajikan teorinya
secara sistematis
·
Banyak konsep dan konstruk yang tidak
didefinisikan secara jelas sehingga memberi arti yang kabur
·
Teori ini terlalu bersibuk diri dengan
aspek-aspek yang mendalam dari kepribadian sehingga agak mengabaikan tingkah
laku motoris yang “covert” (nampak dari luar)
·
Penggunaan konsep-konsep topologi telah
menyimpang dari arti sebenarnya(penyalahgunaan topologi).
B. Teori-Teori
Lapangan Dalam Psikologi Sosial
1.
Teori tentang Hubungan Interpersonal :
a)
Mengamati Orang lain
Pengamatan
terhadap orang lain sebenarnya tidak jauh berbeda dengan dari pengamatan
terhadap objek-objek lainnya(meja,pohon,dll).Hanya saja orang yang diamati itu
memiliki kemampuan emosi,kehendak,keinginan,dan sentimen yang tidak terdapat
pada benda mati.Lagi pula,seseorang(P) yang mengamati orang lain (O) tahu bahwa
O tersebut juga mengamati P kembali.
b)
Orang Lain sebagai Pengamat
Dalam
pengamatn terhadap lingkungannya,termasuk terhadap orang lain(O),seorang (P)
menyadari bahwa O juga mengamati P.Pengetahuan ini berpengaruh terhadap P dalam
tiga hal,yaitu tindakan,harapan,dan sifat-sifatnya.
c)
Analisis yang Naif terhadap Tindakan
Orang
Dalam hubungan interpersonal,seseorang
mengamati dan menginterpretasi perilaku atau tindakan orang lain.Dalam
menginterpretasi tindakan orang lain itu dilakukan analisis secara
sederhana(naif) dan dalam analisis itu dicari sifat-sifat bawaan (dispotitional
properties) dari orang yang sedang diamati tersebut.Sifat-sifat bawaan adalah
faktor-faktor yang mendasari perilaku seseorang yang tidak
berubah-ubah(permanen).Sifat-sifat bawaan inilah yang membuat perilaku orang
dapat diperkirakan,stabil,dan dapat dikendalikan.
d)
Kausalitas Personal dari Impersonal
Heider membedakan gejala dalam hubungan
interpersonal dalam dua jenis,yang disebutnya sebagai kausalitas personal dan
kausalitas impersonal.Dalam kausalitas personal,P dengan sengaja menghasilkan
X.Tujuan P (Yaitu X) adalah tetap (equifinality) dan untuk mencapai tujuan itu
P akan mengubah-ubah tindakannya kalau ia menghadapi situasi yang berbeda-beda.
e)
Hasrat dan Kesenangan
Hasrat(desire) adalah sesuatu yang harus
ada terlebih dahulu sebelum timbul percobaan(trying).Dengan perkataan
lain,hasrat merupakan prakondisi dari percobaan,sedangkan kesenangan (pleasure)
adalah pengalaman yang timbul akibat (setelah) percobaan.
f)
Sentimen
Sentimen adalah perasaan yang timbul
dalam diri seseorang (P) kepada orang lain (O) atau benda-benda lain
(X).Sentimen ada dua macam :positif dan negatif,yang oleh Heider dinamai suka
(like) dan tidak suka (dislike).Pengaruh dua macam ini sentimen ini terhadap
hubungan interpersonal adalah bahwa ia dapat menimbulkan atau menghambat
pembentukan unit (unit information) dan keadaan berimbang(balances state).
g)
Keharusan dan Nilai
Keharusan adalah hal-hal yang dituntut
oleh lingkungan (bukan oleh orang lain) untuk dilakukan P.Jadi keharusan
bersifat impersonal.Nilai juga bersifat impersonal.Nilai menurut Heider
hanyalah menyangkut segi positif dari suatu hal.Jadi,kalau suatu hal dianggap
bernilai oleh P,maka P menganggap hal tersebut positif.Perbedaan antara
keduanya adalah bahwa keharusan merupakan hasil dari daya-daya yang secara
nyata selalu bekerja,sedangkan nilai lebih merupakan daya yang masih potensial
dan baru muncul dalam bentuk perilaku dalam keadaan tertentu.
h)
Permintaan dan Perintah
Permintaan
didasarkan pada sentimen positif dimana P bergantung pada O dan mengharapkan
hasil X.Sebaliknya,perintah didasarkan pada kekuasaan P terhadap O.O harus melaksanakan
apa yang diperintahkan P karena P dapat melakukan sesuatu yang mempengaruhi O.
i)
Keuntungan dan Kerugian
Jika
O melakukan apa yang diminta atau diperintahkan P,maka O memberi keuntungan
(benefit) kepada P karena ia memberikan X yang bernilai positif karena
P.Sebaliknya,kalau O tidak melakukan apa yang diminta atau diperintahkan P,maka
O akan merugikan P karena X bernilai positif tidak diperoleh P.
j)
Reaksi terhadap Pengalaman Orang Lain
Persepsi
terhadap pengalaman orang lain (O) menimbulkan reaksi yang oleh psikologi
common sense disebut “emosi”.
2.
Teori Lapangan tentang Kekuasaan
Kekuasaan sosial (social power) menurut
Cartwright adalah masalah yang sangat penting dalam menganalisis perilaku
sosial.Karena itu sudah banyak definisi yang dikemukakan tentang kekuasaan
sosial ini.Reformulasi Cartwright tentang definisi kekuasaan berbunyi sebagai
berikut : “Kekuasaan A atas B dalam rangka mengubah X menjadi Y pada waktu
tertentu sama dengan kekuatan maksimum dari daya-daya yang dapat dihasilkan
oleh A ke jurusan tersebut (X ke Y),pada waktu tersebut”.
3.
Teori tentang Kekuasaan Sosial
Teori yang dikembangkan oleh French ini
terutama membahas proses pengaruh mempengaruhi dalam kelompok,khususnya dalam
kaitannya dengan pendapat dan perubahan pendapat kelompok.Proses ini menurut
French melibatkan tiga pola relasi dalam kelompok,yaitu hubungan kekuasaan
antar anggota kelompok,pola komunikasi dalam kelompok,dan hubungan antar
pendapat dalam kelompok.
4.
Teori tentang Kerjasama dan Persaingan
Dalam
situasi kerjasama,wilayah yang menjadi tujuan dari seorang anggota kelompok
atau subkelompok hanya dapat dimasuki oleh individu atau oleh subkelompok yang
bersangkutan jika individu-individu lain atau subkelompok lain juga bisa
memasuki wilayah tujuan itu.Sedangkan dalam situasi persaingan,kalau seorang
individu atau suatu subkelompok sudah memasuki wilayah tujuan,maka
individu-individu atau subkelompok yang lain tidak akan bisa mencapai wilayah
tujuan mereka masing-masing.
v Teori – Teori Kontemporer Psikologi
Sosial
A. Teori
Motivasi
Teori
ini berfokus pada kebutuhan atau motif individu. Pengalaman sehari – hari
maupun riset psikologi sosial telah memberikan banyak contoh cara bagaimana
kebutuhan kita bisa mempengaruhi persepsi kita, sikap kita, dan perilaku kita.
Pandangan
Freudian, atau psikoanalitik, tentang motivasi manusia menunjukkan arti penting
dari dorongan “bawaan” (inborn) kita, khususnya dorongan yang berhubungan
seksualitas dan agresi. Sebaliknya, psikolog sosial lebih mempertimbangkan
sederetan kebutuhan dan keinginan manusia. Psikolog sosial juga menekankan cara
diamana situasi dan hubungan sosial tertentu dapat menciptakan dan menimbulkan
kebutuhan dan motif. Intinya adalah situasi dapat menciptakan atau menimbulkan
kebutuhan yang, pada gilirannya, menyebabkan orang melakukan suatu perilaku
untuk memenuhi kebutuhan itu
B. Teori
Belajar
Ide
utama dalam teori belajar adalah bahwa perilaku seseorang sekarang adalah hasil
dari pengalaman sebelumnya. Dalam situasi tertentu, seseorang belajar perilaku
tertenu, yang seiring dengan berjalannya waktu mungkin akan menjadi kebiasaan.
Ketika dia berhadapan dengan situasi serupa, orang itu akan cenderung
berperilaku sesuai dengan kebiasaan yang pernah dilakukannya.pendekatan ini
ketika diaplikasikan ke perilaku sosial oleh Albert Bandura (1977), dinamakan
social learning theory (teori belajar sosial)
Ada tiga
mekanisme umum terjadinya proses belajar. Yang pertama adalah asosiasi, atau
pengkondisian klasik.Mekanisme yang kedua adalah reinforcement (penguatan),
yang dipelajari oleh B. F. Skinner dan yang lainnya, orang belajar melakukan
perilaku tertentu Karen perilaku itu diikuti dengan sesuatu yang menyenangkan
atau yang memuaskan kebutuhan (atau mereka belajar untuk menghindari perilaku
yang menyebabkan konsekuensi yang tidak menyenangkan).
Mekanisme yang ketiga adalah
observasional learning (belajar Observasi). Orang sering belajar sikap dan
perilaku sosial dengan mengamati orang lain, yang secara teknis disebut
“model”. Imitasi (peniruan), atau modeling, terjadi ketika seseorang tak hanya
mengamati tetapi juga meniru perilaku dari model.
C. Teori
Kognitif
Pendekatan
kognitif menyatakan bahwa perilaku seseorang akan tergantung pada cara dia
memahami situasi sosial. Kurt Lewin mengaplikasikan gagasan Gestalt ke psikologi
sosial. Dia menekan pentingnya bagaimana individu memahami lingkungan sosial.
Menurut
Lewin, perilaku dipengaruhi oleh karakteristik personal individu(seperti
kemampuan, kepribadian, dan disposisi genetic) dan oleh pemahamannya tentang
lingkungan sosial.
Gagasan
inti dalam perspektif kognitif adalah bahwa orang cenderung secara spontan
mengelompokkan dan mengategorikan objek. Kita cenderung mengelompokkan objek
menjadi satu unit sederhana, misalnya kemiripan bentuk. Kedua, orang mudah
memandang sesuatu sebagai menonjol “tokoh” dan memandang beberapa hal lain
sebagai sesuatu yang kurang menonjol “latar belakang”.
Dua
prinsip tersebut – yakni kita mengelompokkan atau mengategorikan sesuatu secara
spontan dan kita lebih focus pada stimuli yang lebih menonjol – adalah penting
bagi persepsi kita terhadap objek fisik didunia sosial. Sebagai pemikir sosial,
kita berusaha memberi interpretasi yang bermakna terhadap cara orang lain
merasakan sesuatu, terhadap apa – apa yang mereka inginkan, seperti apa sosok
mereka, dan seterusnya. Riset kognisi sosial difokuskan pada bagaimana kita
menyatukan berbagai informasi tentang orang, situasi sosial, dan kelompok dalam
rangka ,emarik kesimpulan tentang mereka(Fiske & Taylor, 1991). Periset
kognisi sosial meneliti aliran informasi dari lingkungan ke orang.
Pendekatan
kognitif berbeda dengan pendekatan belajar dalam dua hal. Pertama, pendekatan
kognitif lebih berfokus pada persepsi saat ini ketimbang pada pengalaman masa
lalu. Kedua, pendekatan kognitif lebih memperhatiak arti penting persepsi atau
interpretasi seseorang terhadap suatu situasi, bukan pada “realitas” objektif
dari situasi sebagaimana disaksikan oleh pengamat netral.
D. Teori
Pengambilan Keputusan
Decision
Makking theories (teori pengambilan keputusan) mengasumsikan bahwa individu
mengevaluasi untung raugi atau biaya dan manfaat dari berbagai macam tindakan
dan akan memilih alternative terbaik berdasarkan pertimbangan yang logis dan
rasional. Orang memiih alternative yang memberinya imbalan atau manfaat terbesar
dengan biaya terkecil. Pengambilan keputusan dengan menggunakan pro (manfaat)
dan kontra (kerugian) dari beberapa macam tindakan dan kemudian memilih yang
terbaik. Kekuatan relative dari untung dan rugi ini akan menentukan pilihan
yang diambil.
Expectancy
– value theory (teori perkiraan – nilai) memperluas gagasan teori untung rugi
dengan menambahkan elemen penilaian kemungkinan bahwa kemungkinan masing –
masing pilihan akan terwujud (Edwards, 1954). Teori ini menyatakan bahwa
kaputusan akan didasarkan pada kombinasi dari dua faktor: (1) nilai dari setiap
hasil atau alternative yang mungkin, dan (2) kemungkinan, atau “perkiraan”
bahwa masing – masing hasil akan lahir dari keputusan yang diambil.
Ringkasannya, model pengambilan keputusan tidak selalu dipakai dalam
pengambilan keputusan dan pemecahan problem sehari – hari. Ada batas sejauh
mana orang menggunakan prinsip rasional dalam kehidupan sehari – hari mereka.
E. Teori
Interdependensi
Teori
kesaling ketergantungan (interdependensi) lebih focus pada analisis perilaku
dari dua individu atau lebih yang berinteraksi satu sama lain. Ketika orang –
orang berinteraksi, mereka akan saling mempengaruhi. Ketika dua orang saling
mempengaruhi pemikiran, perasaan, atau perilaku masing – masing, mereka
dikatakan saling berhubungan (interdependen). Dalam term teknis interdependence
berarti hasil yang diterima oleh seseorang akan bergantung setidaknya pada
perilaku orang lain dan sebaliknya.
Contoh
utama dari pendekatan interdependensi adalah social exchange theory (teori pertukaran
sosial). Prinsip pertukaran sosial didasarkan pada gagasan teori belajar dan
teori pengambilan keputusan. Teori pertukaran sosial menganalisis interaksi
antar – orang dari segi keuntungan dan kerugian yang dipertukarkan individu.
Terkadang orang melakukan pertukaran yang jelas.Teori pertukaran sosial
menganalisis interaksi interpersonal berdasarkan keuntungan dan kerugian bagi
masing – masing pihak saat mereka berinteraksi.
F. Teori
Sosiokultural
Selama
beberapa tahun belakangan ini, para psikolog telah mengkaji bagaimana latar
belakang orang yang berbeda – beda akan mempengaruhi pemikiran , perasaan, dan
perilaku mereka (Fiske, Kitayama, Markus, & Nisbett, 1998).
Edward
Hall (1959) mendeskripsikan aturan kultural penggunaan waktu ini sebagai “bahasa
diam” yang kita pelajari melalui pengalaman dalam suatu kultur. Kekurangan
pemahaman mengenai perbedaan kultur waktu dapat menimbulkan persoalan saat
seseorang berpergian ke Negara lain.
Untuk
memahami perbedaan seperti itu, para psikolog mulai mengakui pentingnya culture
(kultur), socialization (sosialisasi). Social norms (norma sosial).Istilah
social role (peran sosial) berarti seperangkat norma yang berlaku untuk orang –
orang dengan posisi tertentu, seperti guru atau siswa.Perspektif sosiokultural
berguna untuk memahami perilaku didalam konteks kultural atau sosial tertentu.
Perspektif
sosiokultural juga menekankan pada perbandingan kultur – kultur atau kelompok
sosial yang berbeda – beda. Kecuali kita memperhatikan pengaruh kultural, kita
mungkin akan melewatkan arti penting pengaruh itu. Kita cenderung berasumsi
bahwa perilaku kultur kita adalah perilaku “standar” atau khas.
Salah satu
tujuan riset lintas – kultural atas perilaku sosial adalah untuk
mengidentifikasi bagaiman kultur bisa berbeda satu sama lain. Perbedaan yang
berguna untuk mengontraskan kultur adalah kultur yang menekankan pada
individualism dan colectivisme (Triandis, 1995).
Terkadang apa yang kelihatannya
merupakan konsep yang sama ternyata memiliki makna yang berbeda didalam kultur
kolektivis dan individualis (Triandis, Bontenpo, Villareal, Asai, & Lucca,
1998).
v Sumber Referensi :
Sarwono , Sarlito .
2002 .Teori-Teori Psikologi Sosial . Jakarta : Rajawali Pers
Tidak ada komentar:
Posting Komentar