Sabtu, 13 Oktober 2012

HUBUNGAN DAN KETERTARIKAN INTERPERSONAL


“HUBUNGAN DAN KETERTARIKAN INTERPERSONAL”

Ketertarikan interpersonal merujuk pada suatu sikap mengenai orang lain.Evaluasi interpersonal semacam itu berada pada suatu dimensi yang berkisar dari suka hingga tidak suka.Setiap orang akan disukai oleh beberapa individu dan tidak disukai oleh individu lain.Ellen  Berscheid  (Berscheid,  1985;  Berscheid  &  Peplau  1983;  Berscheid  &  Reis,  1998) menyatakan bahwa apa yang membuat orang-orang dari berbagai usia merasa bahagia, dari   daftar   jawaban   yang   ada,   yang   tertinggi   atau   mendekati   tertinggi   adalah membangun  dan mengelola persahabatan dan memiliki hubungan yang positif serta hangat.   Tiadanya   hubungan  yang   bermakna   dengan  orang-orang   lain  membuat individu  merasa kesepian, kurang berharga, putus asa, tak berdaya, dan keterasingan.
Ahli Psikologi Sosial, Arthur Aron menyatakan bahwa motivasi utama manusia adalah ekspresi diri(self expression).

*Penyebab Ketertarikan Interpersonal*

1.       EfekKedekatan
Salah  satu  yang   menentukan  ketertarikan  interpersonal   adalah  kedekatan (proximity, propinquity). Orang yang mempunyai kesempatan paling sering kita lihat dan kita  jumpai, sangat mungkin menjadi sahabat kita atau kita cintai (Berscheid & Reis,
1998)
Festinger dkk (1950) menunjukkan bahwa ketertarikan dan kedekatan hubungan tidak hanya tergantung pada jarak fisik yang nyata/ melainkan juga karena ‘jarak fungsional’. Jarak fungsional menunjuk pada aspek desain arsitektur yang memungkinkan beberapa orang bertemu lebih sering.Efek keakraban terjadi karena familiaritas (efek eksposur semata-mata). Semakin sering kita mengalami eksposur suatu stimulus, semakin besar kecenderungan kita menyukainya.
Komputer: Keakraban Jarak Jauh
Komputer merupakan media komunikasi yang memberikan tempat baru bagi pengaruh keakraban. Kenyataannya, seseorang dengan jarak ribuan mil menjadi tidak berarti   dengan  adanya  internet  walau  tidak  bisa  bertemu.  Keakraban  dan  jarak fungsional   ditentukan   oleh   layar   komputer.   
Jika  kita  bertemu  dengan  orang  baru  secara  tatap  muka  kita  segera  melihat penampilan     fisiknya.                       Sebaliknya,                     ketika    orang    bertemu    online,   mereka    dapat menyembunyikan tampangnya dan ciri lain yang mungkin menurunkan daya tariknya, seperti   rasa  gugup  saat   berada  dalam  situasi  sosial.  Anonimitas  internet  dapat memudahkan orang untuk mengungkapkan informasi personalnya. Sebagai akibatnya, individu mungkin  merasa bahwa mereka lebih mampu mengekspresikan aspek-aspek penting dari diri riil  mereka  saat berinteraksi melalui internet. Katelyn McKenna dan rekannya  (2002)  memperkirakan  bahwa orang mungkin  menjalin persahabatan awal dengan cepat secara online ketimbang melalui tatap muka.
2.  Kesamaan
Bagaimana awal berkembangnya suatu hubungan? Para peneliti membedakan adanya  dua jenis situasi sosial: situasi yang tertutup (close-field situations) atau situasi yang terbuka  (open-field situations) yang mendukung perkembangan hubungan. Close- field  situations:  situasi   yang  mendorong  orang  untuk  berinteraksi  satu  sama  lain. Misalnya, di kompleks perumahan, di tempat kerja, dsb. Open-field situations : situasi di mana orang bebas untuk merinteraksi maupun tidak, sesuai pilihan pribadi mereka. Bagaimanapun  situasinya,  kadang  dibutuhkan  hal  yang  dapat  melumasi  hubungan untuk  berkembang  menjadi  lebih  erat  atau  menjadi  hubungan  percintaan.  Minyak pelumas itu adalah kesamaan, seperti kesamaan kepribadian, minat, dsb.

·      Kesamaan Opini dan Kepribadian
Berbagai  hasil  eksperimen  telah  menunjukkan  bahwa  bila  kita  mengetahui pendapat/opini seseorang mengenai suatu isu, meskipun kita belum pernah  bertemu, semakin sama opini tsb dg opini kita (misalnya, Birne & Nelson, 1965).   Bagaimana bila dalam kondisi bertemu? Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kesamaan demografis, nilai-nilai, sikap, dan kepribadian, merupakan hal yang menentukan ketertarikan  untuk mengembangkan  hubungan   lebih  lanjut,  menuju  persahabatan  ataupun  hubungan percintaan.

·         Kesamaan Gaya Interpersonal
Kita juga cenderung tertarik dengan orang yang memiliki gaya interpersonal dan keterampilan  komunikasi  seperti  kita.  Hasil  penelitian  Burleson  dan  Samter  (1996) menunjukkan bahwa orang-orang cenderung tertarik dengan teman sepermainan yang sama   dalam  berpikir  mengenai  orang-orang dan  bagaimana  mereka  menyukai percakapan  mengenai  hubungan  antar  pribadi.  Orang  yang  memiliki  keterampilan interpersonal tinggi (fokus pada aspek psikologis relasi sosial dan memandang relasi sosial  sebagai  hal  yang  kompleks)  merasa  cocok  dengan  orang  yang  keterampilan interpersonalnya   juga   tinggi,   demikian   pula   orang   yang   memiliki   keterampilan interpersonal rendah (fokus pada aspek instrumental/ apa yang terjadi secara aktual) merasa cocok dengan orang yang keterampilan interpersonalnya rendah.
·      Kesamaan Minat dan Pengalaman
Berbagai  riset  menunjukkan  bahwa  kita  cenderung  menyukai  orang  yang memiliki  minat  dan  pengalaman  yang  sama.  Misalnya,  penelitian  Kubitscheck  dan Hallinan (1998) mengenai pola persahabatan pada mahasiswa, mereka cenderung lebih memilih teman yang memiliki pengalaman dan minat yang sama dengannya dibanding yang berbeda.
3.  Kesukaan Timbal-balik
Kita   semua   merasa   senang   disukai.   Hal   ini   cukup   kuat   menimbulkan ketertarikan, tanpa harus ada kesamaan. Kesukaan timbal-balik kadang terjadi karena self-fulfilling  prophecy. Hal ini ditunjukkan dalam eksperimen yang dilakukan oleh Curtis dan Miller (1986) dengan subjek mahasiswa. Partisipan dipasangkan dengan orang yang belum  dikenal sebelumnya, dan  selanjutnya salah satu diantaranya menerima  pesan khusus:  sebagian partisipan diberi pesan yang meyakinkan dirinya bahwa mahasiswa pasangannya (dalam eksperimen) menyukainya, dan sebagian partisipan lainnya diberi pesan yang  meyakinkan dirinya bahwa mahasiswa pasangannya tidak menyukainya. Ketika kemudian  pasangan tersebut diberi kesempatan untuk bertemu kembali, satu sama lain saling  berbicara,  hasilnya seperti yang diduga, yaitu bahwa mereka yang yakin disukai  pasangannya  berperilaku dengan cara yang lebih disukai pasangannya, lebih membuka diri, lebih sedikit ketidaksetujuan dalam mendiskusikan suatu isu,lebih hangat,  dan  lebih  menyenangkan  dibanding  dengan  individu  yang  berpikir  dirinya
tidak disukai. Akibatnya, mahasiswa yang yakin dirinya disukai menjadi jauh lebih disukai oleh pasangannya bila dibanding mahasiswa yang yakin dirinya tidak disukai.


4.   Ketertarikan Fisik dan Kesukaan
Selain    kedekatan    (propinquity),   kesamaan,    dan    rasa    suka    timbal-balik, keteratrikan juga ditentukan oleh penampilan fisik. Seberapa penting penampilan fisik dalam  menentukan kesan pertama kita mengenai seseorang? Suatu penelitian klasik yang dilakukan oleh Walster, Aronseon, Abrahams, dan Rottman (1996) menunjukkan pentingnya penampilan fisik dalam pembentukan kesan pertama. Penelitian dilakukan dengan  memasangkan  secara   acak  (random)  752  mahasiswa  baru  di  Unversitas Minesota, dalam acara dansa pada masa orientasi mahasiswa baru. Pada malam kencan buta’ tersebut tiap pasangan mendapat kesempatan beberapa jam untuk berdansa dan mengobrol.  Setelah  itu  kencan  mereka  dievaluasi  untuk  mengetahui  seberapa  besar keinginan mereka untuk kembali berkencan  dengan orang yang sama. Beberapa hal yang   menjadi   alasan   keinginan   berkencan   antara   lain   kecerdasan,   kemandirian, sensitivitas (kepekaan), atau ketulusan, namun yang paling  utama adalah ketertarikan fisik.
Daya tarik fisik merupakan hal yang menentukan kesan pertama baik pada laki- laki  maupun perempuan. Namun berbagai penelitian menunjukkan bahwa dibanding perempuan, laki-laki menilai daya tarik fisik lebih penting. Hasil penelitian meta-analisis (penelitian yang menganalisis lebih lanjut berbagai hasil penelitian yang topiknya sama) yang dilakukan oleh  Feingold, 1990) menunjukkan bahwa bila yang diukur sikapnya, dibanding  pada  perempuan  pada  umumnya  laki-laki  menilai  penampilan  fisik  leih penting; bagaimanapun juga bila  yang  diukur adalah perilaku aktual, antara laki-laki dan perempuan memberikan respon yang sama terhadap daya tarik fisik pihak lain.

·  Apakah yang Menarik?
Ciri-ciri fisik seperti apakah yang menimbulkan daya tarik? Media massa telah mendikte  kita  untuk  mendefinisikan  apa  yang  disebut  cantik  (beauty)  dan  tampan (handsome). Misalnya, dalam film atau buku anak-anak, tokoh yang menjadi pahlawan perempuan, selalu  digambarkan serupa:  mungil,  hidung  mancung, mata  lebar,  bibir yang  indah,  langsing,  tubuh  atletis,  yang  secara  keseluruhan  seperti  boneka-boneka barbie.
Pada orang dewasa, hasil penelitian kreatif yang dilakukan oleh Cunningham (1986) menunjukkan kriteria dari yang disebut cantik dan tampan pada budaya Barat. Ia meminta mahasiswa laki-laki untuk menilai (rating) daya tarik 50 foto wajah perempuan yang  diambil  dari  buku  tahunan  kampus  dan  juga  dari  kontes-kontes  kecantikan. Hasilnya menunjukkan bahwa penilaian tinggi diberikan untuk wajah perempuan yang memiliki       ciri-ciri:       mata       besar,       hidung       mungil,       dagu kecil,       tulang pipi menonjol, pipi sempit, alis tinggi, pupil mata besar, dan senyum lebar.

TEORI-TEORI KETERTARIKAN INTERPERSONAL
Di atas telah diuraikan mengenai penentu ketertarikan antara pribadi yang memperhatikan aspek situasi (propinquity, familiarity), atribut-atribut (daya tarik fisik, kesamaan,  self-esteem),  dan  perilaku  individu  (kesukaan).  Selanjutnya,  berikut  ini diuraikan mengenai teori-teori ketertarikan antar pribadi.

·  Social Exchange Theory
Teori   ini   mengacu  pada  pernyataan  sederhana  bahwa  relasi   berlangsung mengikuti model ekonomi costs and benefits seperti kondisi pasar, yang telah diperluas oleh para psikolog dan sosiolog menjadi teori pertukaran sosial (social exchange theory) yang lebih kompleks.Teori  pertukaran  sosial  menyatakan  bahwa  perasaan  orang  tentang  suatu   hubungan tergantung pada persepsinya mengenai hasil positif  (rewards) dan ongkos(costs) hubungan, jenis hubungan yang mereka jalani, dan kesempatan mereka untuk memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain.
Konsep-konsep dasar teori pertukaran sosial terdiri dari rewards, costs, outcomes,
dan comparison level.
-     Rewards   adalah   aspek   positif   yang   memuaskan   dalam   hubungan,   yang
memberikan manfaat dan memperkuat hubungan tsb.
-     Costs adalah sisi lain dari rewards yang ada dalam semua hubungan persahabatan maupun  hubungan  romantik,  misalnya  berhadapan  dengan  kebiasaan  dan karakteristik negatif pada orang lain.
-     Outcomes  (perolehan) dalam hubungan merupakan  selisih  antara  rewards  dan costs.  Bila  rewards  dikurangi  cost  hasilnya  minus,  maka  hubungan  cenderung berakhir.
-     Comparison level (standar pembanding), yaitu harapan individu mengenai tingkat rewards dan costs yang mereka inginkan dalam hubungan tertentu. Banyak orang memiliki  standar pembanding yang tinggi dengan banyak rewards dan sedikit costs.  Jika  apa  yang  diterima  dalam  hubungan  tidak  sesuai  dengan  standar pembanding,  maka  individu  akan  kecewa  dalam  hubungan.  Sebaliknya  bila standar pembanding rendah, maka individu cenderung bahagia dengan berbagai hubungan yang dijalin.

·       Equity Theory
Beberapa   peneliti    mengritik    teori    pertukaran     sosial    yang    mengabaikan pentingnya keadilan atau keseimbangan dalam hubungan.  Para pendukung teori ini berpendapat  bahwa  orang  tidak  sekedar  berusaha  mendapatkan  rewards  sebanyak- banyaknya  dan  mengurangi  costs,  melainkan  juga  peduli  mengenai  keseimbangan dalam hubungan, yaitu bahwa rewards dan costs yang mereka alami dan kontribusi yang mereka berikan dalam hubungan tersebut kira-kira seimbang dengan pihak lain. Teori ini menggambarkan bahwa hubungan yang seimbang adalah yang membahagiakan dan relatif stabil.
*Tahap Hubungan Interpersonal*
Adapun tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal, yaitu:
1.      Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan.Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu: a) informasi demografis; b) sikap dan pendapat (tentang orang atau objek); c) rencana yang akan datang; d) kepribadian; e) perilaku pada masa lalu; f) orang lain; serta g) hobi dan minat.
2.      Peneguhan Hubungan
Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu:
a)      Keakraban
Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang.
b)      Kontrol
Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau tidak ada pihak yang mau mengalah.
c)       Respon yang tepat
Dimana, respon A harus diikuti oleh respon yang sesuai dari B.
d)     Nada emosional yang tepat.
Faktor terakhir yang dapat memelihara hubungan interpersonal adalah keserasian suasana emosional ketika komunikasi sedang berlangsung.
3.      Pemutusan Hubungan
Lima sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:
a) Kompetisi
b) Dominasi
c) Kegagalan
d) Provokasi
e) Perbedaan nilai
*Jenis Hubungan Interpersonal*
Terdapat beberapa jenis hubungan interpersonal, yaitu: a) berdasarkan jumlah individu yang terlibat; b) berdasarkan tujuan yang ingin dicapai; c) berdasarkan jangka waktu; serta d) berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman.
Hubungan interpersonal berdasarkan jumlah individu yang terlibat, dibagi menjadi 2, yaitu hubungan diad dan hubungan triad.
a)      Hubungan diad merupakan hubungan antara dua individu.
b)      Sedangkan hubungan triad merupakan hubungan antara tiga orang.
Hubungan interpersonal berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, dibagi menjadi 2:
a)      Hubungan tugas
Hubungan tugas merupakan sebuah hubungan yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak dapat dikerjakan oleh individu sendirian.
b)       Hubungan sosial
Sedangkan hubungan sosial merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan untuk menyelesaikan sesuatu.
Hubungan interpersonal berdasarkan jangka waktu juga dibagi menjadi 2, yaitu :
a)      Hubungan jangka pendek
Hubungan jangka pendek merupakan hubungan yang hanya berlangsung sebentar.
b)      Hubungan jangka panjang
Sedangkan hubungan jangka panjang berlangsung dalam waktu yang lama.
Jenis hubungan interpersonal yang didasarkan atas tingkat kedalaman atau keintiman, yaitu :
a)      Hubungan biasa 
Hubungan biasa merupakan hubungan yang sama sekali tidak dalam atau impersonal atau ritual.
b)      Hubungan akrab atau intim.
Sedangkan hubungan akrab atau intim ditandai dengan penyingkapan diri (self-disclosure).
*Tipe-tipe  Hubungan Interpersonal*
1.      Cinta
Dalam teorinya, Stenberg mengemukakan bahwa cinta memiliki tiga dimensi, yaitu:
a)      Hasrat (passion)
Dimensi ini menekankan pada intensnya perasaan serta perasaan (keterbangkitan) yang muncul dari daya tarik seksual.
b)      Keintiman (intimacy)
Dimensi ini tertuju pada kedekatan perasaan antara dua orang dan kekuatan yang mengikat mereka untuk bersama.
c)      Komitmen atau keputusan (commitment atau decision)
Pada dimensi komitmen atau keputusan, seseorang berkeputusan untuk tetap bersama dengan seorang pasanagn dalam hidupnya.

2.      Pernikahan
Pernikahan adalah sebuah komitmen yang serius antar pasangan dan dengan mengadakan pesta pernikahan, berarti secara sosial diakui bahwa saat itu pasangan telah resmi menjadi suami istri. Duvall & Miller (1985) menjelaskan bahwa pernikahan adalah hubungan pria dan wanita yang diakui secara sosial, yang ditunjukan untuk tidak melegalkan hubungan seksual, melegitimasi membesarkan anak, dan membangun pembagian  peran di antara sesama pasangan.
3.      Perselingkuhan
Vaughan (2003) menyebutkan bahwa perselingkuhan adalah keterlibatan seksual dengan orang lain yang bukan merupakan pasangan primernya.Menurut Then (1998), alasan yang sering digunakan untuk melakukan perselingkuhan adalah sebagai pelarian kerena pernikahannya tidak bahagia ataupun untuk mendapatkan cinta. Selain itu, perbedaan kelas sosial, agama, dan kebiasaan juga dapat dijadikan alasan untuk melakukan perselingkuhan. Selain itu, ketidaksiapan dalam menerima perbedaan dan keunikan masing-masing merupakan salah satu faktor seseorang melakukan perselingkuhan (Satidarma, 2001).




Sumber Referensi

http://psikologi.or.id/Hubungan Interpersonal(di unduh tanggal 30 September 2012)
http://nilam.staff.gunadarma.ac.id/Ketertarikan Interpersonal (di unduh tanggal 01 Oktober 2012)
Sarwono, W. Sarlito., dan Meinarno, A. Eko. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika


Tidak ada komentar: